Musim Libur tiba. Perasaan senang
dan sedih yang kurasakan. perasaan senangnya sekolahan kami akan mengadakan
konser bermain alat musik dan perasaan sedihnya aku akan berpisah untuk
sementara dengan teman-temanku karena aku akan pulang ketempat asalku. Aku dan
teman sekolahku berlatih selama 5 hari untuk mempersiapkan penampilan yang
bagus saat konser nanti. Disitu aku akan bermain piano. Kata temanku perpainan
pianoku lumayan bagus. Tetapi bagiku permainan piano temanku, Andy lebih bagus
dibandingkan aku, karena diamengambil les piano privat yang terkenal di daerah
kota ini.
Satu hari sebelum konser kami melakukan gladi
untuk penampilan esok. Kami juga akan cabut undi untuk urutan penampilan esok.
yang mendapat urutan pertama adalah Andy, sedangkan Aku... Terakhir. Gladi pun
dimulai. Sungguh aku terkagum melihat dan mendengar Andy bermain piano. Sangat
handal sekali jari-jarinya memainkan tuts piano itu. Musiknya yang indah,
pelan, dan seketika mengguncang jiwa membuat aku jadi pengecut untuk bermain.
Memang Dia pandai memainkan itu karena les privatnya sedangkan aku, hanya
diajari bermain piano bersama nenek dirumah. Mulai dari do re mi sampai
sekarang ini. Aku merasa keahlianku masih kurang dibandingkan Andy. Aku putus
asa dan melampiaskan hal itu, aku merencanakan untuk tidak tampil besok.
Kubilang pada guru pembimbing, Nona Lana dan kurasa aku telah mengecewakan Nona
Lana. Aku pulang dengan perasaan yang tak menentu.
Sesampai dirumah nenek membukakan
pintu untukku, Nenekku sangat mendukung hobiku, ya tentunya bermain piano. Aku
langsung masuk kekamar dan tidak memperdulikan nenek ataupun pertanyaannya
walaupun Nenek belum bertanya.
Malam harinya nenek mengetuk pintu
kamarku untuk mengajakku minum teh. Aku pun menurutinya. Nenekku bertanya
bagaimana keadaan konser sekolah. Aku menjawabnya dengan perasaan sedih. Aku
menjawab "Nek, aku sudah memutuskan untuk tidak tampil di konser itu,
karena sepertinya aku kurang hebat dalam bermain piano. Buktinya permainan
piano temanku, Andy lebih handal dariku." Nenekku langsung meyakinkanku
dengan mengatakan "Apakah nenek pernah mengajarkanmu untuk menyerah
sebelum perang? Tidak kan? Jika permainan piano temanmu lebih bagus, kau harus
berusaha untuk lebih bagus lagi, jangan menyerah seperti ini. Bukankah kau yang
mengidam-idamkan untuk ikut konser ini?" dengan nada yang lembut tapi
tegas. Aku hanya bisa terdiam. Tiba tiba permasalahan itu hilang dalam sekejap
bagaikan angin yang berhembus.
Keesokan harinya Aku bangun pukul
9.45. Aku teringat ucapan nenek semalam. Akupun sadar dengan perkataan nenekku
itu. Dengan semangat hati Aku pergi untuk konser piano itu. Konser pukul 10. Aku
pun bergegas bersiap-siap dan pergi. Nenekku tersenyum bangga. Sesampai disana
sudah terlihat temanku yang tampil diurutan sebelumku sedang bermain biolanya.
Aku langsung mencari Nona Lana untuk meminta izin kembali mengikuti penampilan
konser ini. Nona Lana pun mengizinkanku. Aku cepat-cepat mengganti bajuku dan
bersiap-siap. Perasaan senang, gugup bercampur menjadi satu. Penampilanku pun
dimulai, sepertinya penonton cukup menikmati permainanku ini. Setelah selesai
Aku membungkuk didepan penonton dan diberi tepuk tangan yang cukup meriah.
Dibalik panggung Andy memuji penampilanku, bahkan dia mengajakku untuk les
privat bersamanya dengan dia yang membayarkanku. Akupun senang dan bangga akan
hal itu. Dalam benakku, Sesampai dirumah aku akan memeluk dan berterima kasih
kepada nenekku yang telah memberikanku semangat untuk berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar